Kamis, 13 Oktober 2011

GHIBAH, Bergosip dengan Syar'i. MAU???

Dalam komunikasi ada yang namanya teori dan model jarum hipodermik, yaitu media massa menjadi super karena khalayak menerima pesan dengan baik tanpa kritik. Inilah yang pada akhirnya juga bisa menjadi pisau analisis mengapa muncul karakter-karakter unik pada masyarakat di negara kita. Banyak penelitian yang mengambil fokus terhadapa terpaan media massa terutama pengaruh televisi pada berbagai sendi kehidupan masyarakat indonesia.
Mari kita cermati program tv berikut ini: Go Spot, Was-Was, Insert, Obsesi, Intens, KISS, Silet, Kabar-kabari, Cek & Ricek, Halo Selebriti, Fokus Selebriti, Selebrita dan semacamnya. Yah,, program-program ini muncul setiap hari mulai jam 6 pagi sampai jam 6 sore, seperti jadwal minum obat bagi orang yang sedang sakit, 3 kali sehari pagi-siang-sore. Bagaimana konten acaranya? Saya sangat yakin Anda sudah kenal dan paham betul apa ‘jeroan’ program tv ini. Dari intensitas program ini, maka bukan tidak mungkin ia (program tv) mengambil andil besar dalam pembentukan karakter masyarakat Indonesia. Lalu bagaimana dengan kita?
Beberapa kali saya mendapat curahan hati sahabat tentang dirinya yang sempat terjerat permasalahan perGOSokan yang semakin SIP. Singkat cerita dia sedang dihadapkan dengan bola liar efek komunikasi yang simultan dan kontinyu. Gunjang-ganjing yang sebetulnya tidak dapat dibenarkan adanya, bahkan faktanya pun keliru (aneh fakta kok bisa keliru). Hingga akhirnya, banyak yang berjatuhan menjadi korban keganasan GOSokan yang SIP ini. (saya merahsiakan cerita aslinya, profesionalitas menjaga privasi klien).
Sederhananya, saya mencoba untuk membuat pola yang terjadi pada beberapa sahabat saya yang memiliki permasalahan yang hampir mirip. mereka adalah sebagai berikut: adanya noise baik internal maupun eksternal dalam komunikasi, ini dijelaskan dalam berbagai model komunikasi bahwa yang namanya Noise (gangguan), yang menjadikan pesan tidak tersampaikan dengan baik kepada komunikan. Dan persepsi yang keliru, disebutkan oleh Prof. Deddy Mulyana, PhD. Bahwa persepsi sebagai inti komunikasi juga bisa terdistorsi bahkan menemui kegagalan, seperti: kesalahan atribusi (proses interpersonal memahami penyebab perilaku orang lain), Efek halo (kesan menyeluruh), Stereotip (generalisasi dan membentuk asumsi), dan Prasangka (penilaian berdasar historis).
Nah, dalam keseharian kita bergaul, tentu banyak informasi yang berseliweran dengan bebasnya. Kalau informasinya konstruktif dan positif dengan senang kita menyerapnya. Namun bila informasinya destruktif, negatif bahkan bisa membinasakan seseorang, maka berhati-hatilah kita. karena bisa jadi informasi yang kita terima ternyata adalah kebohongan belaka, dusta!. Bahaya bertambah besar karena kerapkali kita mengedapankan karakter timur yang senang sekali berbagi.
Jhon C. Maxwell, dalam “Winning With People” menjelaskan beberapa prinsip mengenai hubungan yang efektif dalam kebaikan. Pertama adalah prinsip lensa, siapa diri kita menentukan bagaimana kita memandang orang lain. Kedua adalah prinsip cermin, atas segala sesuatu yang terjadi, orang pertama yang harus diperiksa dan ditanya adalah diri kita sendiri. Ketiga prinsip rasa sakit, karena orang yang terluka melukai orang lain dan mudah terluka oleh orang lain. Keempat prinsip palu, jangan pernah kita menggunakan palu untuk memukul lalat di kepala seseorang. Kelima prinsip elevator, kita bisa mengangkat dan menjatuhkan orang lain dalam hubungan-hubungan kita.
Apa hubungannya prinsip yang di kemukakan oleh masbro Maxwell dengan masalah GOSokan yang tambah SIP ini??? Tepatnya, dia ingin mengajak kita lebih tepay dalam menyikapi situasi dan informasi. Dalam model SOR (stimulus organism respons), dari banyak stimuli yang masuk untuk diorganisasikan dalam sistem personal kita (berdasar ideologi, pengalaman, knowledge, lingkungan bahkan latar belakang keluarga) maka banyak pula pilihan-pilihan untuk ditentukan sebagai penyikapan yang tepat atau yang paling disuka. Jadi kalau GOSokan ini tambah SIP ini berkembang, orang yang harus ditanya bukanlah objkenya, tapi kita sebagai subjeknya.
Masih ingat dengan kisah hilangnya kalung ‘Aisyah ra., yang kemudian ia tertinggal rombongan Rasulullah SAW dan kemudian ditemukan oleh Ibnu Mu’athal??? Kisah ini adalah kisah yang paling menggemparkan seantero madinah saat itu, ya, ini adalah GOSokan paling SIP yang menghina keluarga rasul. Bagi orang-orang yang ikut andil dalam penyebarluasan berita GOSokan SIP ini dijelaskan dalam firman Allah QS. An-Nuur:11, “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu mengira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa diantara mereka yang mengambil bagian terbesar dalam penyebaran beita bohong itu baginya azab yang besar”.
Dalam ayat 15 QS An-Nuur pula Allah berfirman seraya mengingatkan: (Ingatlah) pada waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja, padahal dia pada sisi Allah adalah besar”.
Bersama kita berlindung kepada Allah dari perilaku buruk ini, kemudian kita bertaubat atas dosa yang kita perbuat. Serta jangan lupa meminta maaf kepada saudara kita yang tidak terpenuhi haknya bahkan kita zholimi. Karena memang ghibah tidak dapat dibenarkan, dan ia adalah perbuatan tercela, maka jangan sekali memandang ghibah sebagai ajang bergosip secara “syar’i”.
Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa, ba’da idzh hadaitanaa wahablanaa milladunka rahmah, innaka antal wahhaab.

Wallahu a'lam...

1 komentar: